Senin, 07 November 2016

Filosofi Matematika Sekolah

Hai, assalamu’alaikum! Kali ini, saya akan membahas beberapa filosofi matematika sekolah. Tau ada apa saja? Yang saya bahas kali ini ada empat filosofi matematika sekolah. Yang pertama Progressive Absolutism, yang kedua Platonism, lalu yang ketiga Conventionalism, dan yang terakhir adalah Empirism.

Kurang familier ya dengan kata “filosofi”? Sebenarnya saya juga awalnya tidak familier dengan kata itu, tetapi setelah saya belajar filsafat di Pendidikan Matematika UINSA, saya jadi tahu apa itu filosofi J Filosofi sih secara kasarnya bisa disebut dengan studi mengenai kebijaksanaan yang digunakan. Jadi filosofi matematika sekolah di sini adalah kebijaksanaan yang digunakan oleh sekolah tentang pembelajaran matematika.

Filosofi Progressive Absolutism adalah filosofi yang menganggap matematika adalah sebuah ilmu pasti yang sangat  tepat dan tidak dapat ditentang. Misal saja begini, akar kuadrat sempurna adalah ketika a2=b2+c2.. Kebenaran itu mutlak, dan tidak bisa ditentang. Kelemahan menggunakan filosofi Progressive Absolutism adalah terdoktrinnya otak siswa. Padahal, siswa dituntut untuk aktif, tidak percaya dengan suatu doktrin.

Lalu, Filosofi Platonism adalah suatu kebijakan yang mewajibkan seorang guru untuk mengaitkan suatu ilmu dengan kehidupan sehari-hari atau benda nyata yang berada di alam. Misal saja begini, guru matematika akan menjelaskan tentang penjumlahan matematika. Maka dia akan membuat soal cerita contoh “Adelia mempunyai 5 buah apel yang akan dibagi ke Ayu 2 buah, maka sisa berapa buah yang dimiliki Adelia?”, maka seorang guru akan membawakan apel sejumlah 5 dan menguranginya dengan 2. Ya, matematika adalah sebuah ilmu yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dan dapat dibuktikan dengan benda nyata di alam. Itulah pandangan Filosofi Platonism. Filosofi ini bagus untuk siswa, karena membuat siswa lebih bisa mengkaitkan antara ilmu sains dan ilmu kehidupan.

Beranjak ke Filosofi Conventionalism, adalah suatu kebijakan yang menganggap matematika adalah ilmu pasti tidak bisa ditentang, tetapi bisa menggunakan logika dalam memecahkan suatu permasalahan dalam matematika. Memang hampir sama dengan Filosofi Progressive Absolutism. Contohnya adalah ketika guru menjelaskan tentang keliling lingkaran. Kita harus percaya bahwa keliling lingkaran itu π x d . Kita harus percaya bahwa π  itu adalah ilmu pasti dan tidak bisa ditentang, tapi kita bisa menggunakan logika, bahwa keliling lingkaran adalah ketika π  ditarik sebesar diameter, maka dari itu rumusnya adalah π x d 

Dan yang terakhir adalah Filosofi Empirism. Filosofi ini adalah sebuah kebijakan yang menggunakan suatu objek agar lebih bisa dipahami oleh siswa. Filosofi ini memiliki 3 tahapan, yaitu Enactive, Iconic, dan Symbolic. Enactive adalah ketika guru membawakan benda asli sebagai objek. Ini hampir sama dengan Filosofi Platonism. Lalu Iconic adalah ketika guru membuat gambar sebagai objek penerapannya. Contoh saja adalah ketika penjumlahan apel, guru akan menggambar apel di papan tulis untuk mempermudah proses penjumlahan. Dan yang terakhir adalah Symbolic. Sesuai dengan namanya, objek di sini hanya berupa simbol-simbol angka. Seorang guru akan menulis di papan tulis menggunakan simbol, misal 2+2=4. Filosofi Empirism cocok ketika digunakan oleh guru SD. Ketika filosofi ini diterapkan untuk siswa SMP bahkan SMA, seorang guru akan lebih susah untuk mencari objeknya. Karena mencari objek matematika tak semudah seperti mencari objek dalam ilmu sosial.

Dari ke empat filosofi yang saya sebutkan di atas, mana yang menurut kalian paling mudah untuk diterapkan ke siswa? J Kalau saya, mungkin akan menggunakan semua filosofi, dan digunakan sesuai sikon, hehe J

0 komentar:

Posting Komentar

Thanx for you'r coming :)

 
Elphin Books Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template