MENJELASKAN KESEPIAN
Dear deary,
Waktu berjalan dengan cepat, berjalan
yang kita kira lambat ternyata bergerak seakan tanpa jerat. Semua telah berubah, begitu juga kamu, begitu juga
aku, begitu juga kita. Bahkan waktu telah menghapus KITA yang pernah merasakan
cinta, waktu telah memutarbalikkan segalanya yang sempat indah. Tak ada yang
tahu, kapan perpisahan menjadi penyebab kecemburuan. Aku menjalani, dan aku meyakini, namun pada akhirnya waktu juga yang
akan menentukan akhir cerita ini.
Kaubilang, tak ada yang terlalu berbeda, tak ada yang terasa begitu menyakitkan.
Tapi siapa yang tau perasaan orang yang terdalam? Mulut bisa berkata, namun
hati tak bisa berdusta. Kalau aku boleh jujur, semua terasa asing dan berbeda.
Itulah sebabnya tak ada lagi kamu disini. Kosong. Hampa.
Bagaimana aku bisa menjelaskan banyak hal yang mungkin tidak kamu rasakan?
Aku berharap kau selalu berada disini. Namun harapanku terlalu jauh untuk
kembali ke masa lalu, saat waktu yang kita jalani adalah kebahagiaan kita
seutuhnya, saat masih ada kamu di barisan hidupku.
Perpisahan seperti mendorongku pada realita yang selama ini aku takutkan. Kehilangan
mempersatukan aku pada air mata. Aku sulit memahami kalau kau tidak berada lagi
di semestaku. Di khayalanku. Di anganku. Semua kenangan bergantian melewati
otakku, bagai film yang tak mau berhenti kejar tayang.
Ada yang kurang. Ada yang
tak lengkap. Aku terbiasa pada kehadiranmu, dan ketika menjalani setiap detik
tanpamu, yang kurasa hanya bayang-bayang yang saling berkejaran. Otakku selalu memaksaku
memikirkan kamu. Aneh bukan? Salahkah jka aku mengharapkan penyatuan kita
kembali? Salahkah jika aku benci kepada perpisahan ini?
Aku merindukanmu. Kamu yang dulu. Aku yang dulu. Intinya, kita yang dulu.
Ya ampun, aku sudah melamun selama sekitar 2 menit, dan menuliskan sebagian
isi hatiku di microsoft word ini. Ah diary, inilah penyebab kerinduan yang
sangat amat dalam.
0 komentar:
Posting Komentar
Thanx for you'r coming :)