Tulisan ini dibuat dalam rangka mengikuti Lomba Menulis yang diadakan Penerbit Haru. Info: penerbitharu.wordpress.com
“Kalau kita takut melakukan
kesalahan, selamanya kita akan berjalan di tempat.”
Kalimat itu
terucap dari mulut seorang pria idamanku. Walaupun yang mengucapkan
adalah pria yang aku cintai, itu tetap saja tidak membuatku terhibur.
Aku masih saja bimbang. Entah
berapa kali aku mondar-mandir di teras bersama dengan si Aldi—kekasihku—, tapi
tetap saja otakku tidak menemukan jawaban atas tawaran yang aku
terima dari temanku, yang notabene sebagai penulis.
Satu jam yang lalu, temanku Orizuka, meneleponku dan memberi tawaran
untuk mengajakku mengikuti lomba menulis yang hadiahnya sangat besar.
Tapi kalian jangan salah sangka dulu, aku bukannya menginginkan
hadiah besar itu, melainkan ingin menjadi pemenang dalam lomba itu.
Cita-citaku dari dulu adalah menjadi seorang penulis. Penulis yang
hebat dan bisa menyihir para pembaca melalui novelku.
Dan
sekarang, kalian tahu apa penyebabku bimbang—yang sering disebut
para remaja sekarang dengan galau—ckck, dasar anak sekarang. Aku
bimbang mau mengikuti lomba itu atau tidak, karena setahun yang lalu,
aku pernah mengirimkan karya tulisku ke sebuah penerbit dan ditolak!
Astaga, itu langsung membuatku down dan
berhenti menulis dulu selama setahun ini. Sampai sekarang. Padahal
dahulu, menulis ada hobbyku.
“Kalau
kita takut melakukan kesalahan, selamanya kita akan berjalan di
tempat.” Dan yak, kekasihku sudah berulang-ulang mengucapkan
kalimat itu. Mungkin sudah seribu kali, tapi aku tetap saja bimbang.
“Benar kata
Aldi, nak.” Itu suara ibuku. Secara reflek, aku menghentikan
langkahku dan menghadap ke ibu. Ibuku memberi senyuman yang kulihat
sebagai senyum penyemangat.
“Kamu tidak
boleh jatuh terus-menerus di keterpurukan. Kamu harus bangkit dan mengejar
impianmu. Kamu pasti bisa jadi penulis, nak.” Kalimat ibuku barusan
langsung menggugah semangatku kembali. Karena dari dulu sampai
sekarang, semangat ibu tetap jadi yang pertama. Aku pasti bisa jadi
penulis. Dan harus bisa. Akhirnya, aku tersenyum kepada mereka
berdua, dan membulatkan tekat untuk mengikuti lomba menulis itu.
6 bulan kemudian....
JUARA
PERTAMA LOMBA MENULIS DIPEROLEH KEPADA Sdr. ADELIA AYU MUSTIKARINI.
Kalimat capslock
tersebut
terpampang jelas di layar monitorku. Tadi, aku tidak sengaja membuka
website penerbit
yang mengadakan lomba novel yang aku ikuti, dan ternyata, aku menang! Juara
pertama! Astaga..., aku merasa dentuman hatiku seperti sedang
dihinggapi berjuta-juta kupu-kupu, dan menimbukan rasa gelitik yang
gembira.
3 bulan yang lalu, aku mengirimkan tulisanku ke penerbit tadi,
selama 3 bulan setelah aku mengirimkan naskahku, aku selalu saja
gelisah dan takut. Takut bila naskahku tidak diterima. Aku takut
kesalahan itu terjadi 2 kali lagi. Tapi selama itu, aku selalu
teringat kalimat kekasihku dan ibuku. Kalau kita takut melakukan
kesalahan, selamanya kita akan berjalan di tempat. Jadi, aku
selalu optimis dan tawakal menanti pengumuman pemenang.
Tenyata, keoptimisanku tidak sia-sia, dan membuahkan hasil yang
memuaskan. Naskahku diterima dan mendapat juara pertama! Karyaku akan
dibukukan! Ya Tuhan, ini berita sangat menggembirakan! Aku harus
cepat-cepat bilang ke Aldi dan ibuku! Mereka harus tau! Dan aku juga
harus berterimakasih kepada 2 pahlawanku. 2 penyemangat hidupku.
Sekarang dan selamanya, aku akan selalu ingat akan kalimat Aldi serta
ibuku. Kalimat motivasi yang berguna. Motivasi emas. “Kalau kita
takut melakukan kesalahan, selamanya kita akan berjalan di tempat.”
*NB: Cerita ini hanyalah cerita fiksi:)
Kalau kita takut melakukan kesalahan, selamanya kita akan berjalan di tempat
BalasHapusquote yang bagus,
Iyaa hwehehe.
BalasHapusGood luck ya Adelia XD
BalasHapusTerima kasih, Kak Oky:)
BalasHapusbagus :) gluck yaah :)
BalasHapusMakasih:)
BalasHapusSemoga benar-benar menang tulisannya jadi juara pertama dan tidak jadi calon penulis lagi.. melainkan penulis beneran! :)
BalasHapusAamiin ya allah! O:)
BalasHapus