Kamis, 08 November 2012

DREAM OF BEING A WRITER

Tulisan ini dibuat dalam rangka mengikuti Lomba Menulis yang  diadakan Penerbit Haru. Info: penerbitharu.wordpress.com
Kalau kita takut melakukan kesalahan, selamanya kita akan berjalan di tempat.”
Kalimat itu terucap dari mulut seorang pria idamanku. Walaupun yang mengucapkan adalah pria yang aku cintai, itu tetap saja tidak membuatku terhibur. Aku masih saja bimbang. Entah berapa kali aku mondar-mandir di teras bersama dengan si Aldi—kekasihku—, tapi tetap saja otakku tidak menemukan jawaban atas tawaran yang aku terima dari temanku, yang notabene sebagai penulis.
Satu jam yang lalu, temanku Orizuka, meneleponku dan memberi tawaran untuk mengajakku mengikuti lomba menulis yang hadiahnya sangat besar. Tapi kalian jangan salah sangka dulu, aku bukannya menginginkan hadiah besar itu, melainkan ingin menjadi pemenang dalam lomba itu. Cita-citaku dari dulu adalah menjadi seorang penulis. Penulis yang hebat dan bisa menyihir para pembaca melalui novelku.
Dan sekarang, kalian tahu apa penyebabku bimbang—yang sering disebut para remaja sekarang dengan galau—ckck, dasar anak sekarang. Aku bimbang mau mengikuti lomba itu atau tidak, karena setahun yang lalu, aku pernah mengirimkan karya tulisku ke sebuah penerbit dan ditolak! Astaga, itu langsung membuatku down dan berhenti menulis dulu selama setahun ini. Sampai sekarang. Padahal dahulu, menulis ada hobbyku.
Kalau kita takut melakukan kesalahan, selamanya kita akan berjalan di tempat.” Dan yak, kekasihku sudah berulang-ulang mengucapkan kalimat itu. Mungkin sudah seribu kali, tapi aku tetap saja bimbang.
“Benar kata Aldi, nak.” Itu suara ibuku. Secara reflek, aku menghentikan langkahku dan menghadap ke ibu. Ibuku memberi senyuman yang kulihat sebagai senyum penyemangat.
“Kamu tidak boleh jatuh terus-menerus di keterpurukan. Kamu harus bangkit dan mengejar impianmu. Kamu pasti bisa jadi penulis, nak.” Kalimat ibuku barusan langsung menggugah semangatku kembali. Karena dari dulu sampai sekarang, semangat ibu tetap jadi yang pertama. Aku pasti bisa jadi penulis. Dan harus bisa. Akhirnya, aku tersenyum kepada mereka berdua, dan membulatkan tekat untuk mengikuti lomba menulis itu.
6 bulan kemudian....
JUARA PERTAMA LOMBA MENULIS DIPEROLEH KEPADA Sdr. ADELIA AYU MUSTIKARINI. Kalimat capslock tersebut terpampang jelas di layar monitorku. Tadi, aku tidak sengaja membuka website penerbit yang mengadakan lomba novel yang aku ikuti, dan ternyata, aku menang! Juara pertama! Astaga..., aku merasa dentuman hatiku seperti sedang dihinggapi berjuta-juta kupu-kupu, dan menimbukan rasa gelitik yang gembira.
3 bulan yang lalu, aku mengirimkan tulisanku ke penerbit tadi, selama 3 bulan setelah aku mengirimkan naskahku, aku selalu saja gelisah dan takut. Takut bila naskahku tidak diterima. Aku takut kesalahan itu terjadi 2 kali lagi. Tapi selama itu, aku selalu teringat kalimat kekasihku dan ibuku. Kalau kita takut melakukan kesalahan, selamanya kita akan berjalan di tempat. Jadi, aku selalu optimis dan tawakal menanti pengumuman pemenang.
Tenyata, keoptimisanku tidak sia-sia, dan membuahkan hasil yang memuaskan. Naskahku diterima dan mendapat juara pertama! Karyaku akan dibukukan! Ya Tuhan, ini berita sangat menggembirakan! Aku harus cepat-cepat bilang ke Aldi dan ibuku! Mereka harus tau! Dan aku juga harus berterimakasih kepada 2 pahlawanku. 2 penyemangat hidupku. Sekarang dan selamanya, aku akan selalu ingat akan kalimat Aldi serta ibuku. Kalimat motivasi yang berguna. Motivasi emas. “Kalau kita takut melakukan kesalahan, selamanya kita akan berjalan di tempat.”
 *NB: Cerita ini hanyalah cerita fiksi:)

8 komentar:

Thanx for you'r coming :)

 
Elphin Books Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template